Minggu, 22 Maret 2009

Pemilihan Bahan Baku Bioetanol

Merujuk pada berbagai literatur dan jurnal maupun karya-karya ilmiah, ethanol/bioethanol (alkohol) dapat diproduksi dengan menggunakan bahan-baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, yaitu melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Beberapa jenis tanaman yang banyak dijumpai sebagai bahan baku produksi etanol/bioetanol antara lain; ubi jalar, ubi kayu, sorgum manis (cantel), jagung, molasse (tetes tebu - hasil samping produksi gula), dan aren (nira aren).

Namun demikian, Bank Dunia merekomendasikan sorgum manis (sorghum bicolor) sebagai bahan-baku produksi bioetanol dan tidak menyarankan penggunaan bahan-baku yang saat ini merupakan konsumsi pangan dan pakan, sehingga dikemudian hari produksi bioetanol tidak menimbulkan konflik kepentingan yang mengganggu ketersediaan pangan dan pakan yang dapat memicu terjadinya krisis pangan (dan pakan) dunia. Analogi sederhana-nya, kalo harga bioetanol bergerak naik maka niscaya harga bahan bakunya akan bergerak naik. Dan, jika bahan bakunya juga digunakan untuk bahan pangan dan pakan maka harganya akan ikut terdongkrak naik.

Bila dikaji lebih jauh dengan memperhatikan kondisi berbagai daerah di Indonesia, biaya produksi yang terkait dengan harga beli bahan-baku ditingkat petani untuk jenis tanaman yang sama antara satu daerah dengan daerah lain sangatlah mungkin terjadi perbedaan harga yang signifikan. Begitu pula perbedaan upah kerja satu daerah dengan daerah lain (setingkat propinsi) serta besaran pembiayaan pada sisi transportasi-distribusi. Artinya, dalam konteks ini, harga pokok produksi (HPP) pembuatan bioetanol antara satu daerah dengan daerah lain jelas tidak otomatis sama, meskipun menggunakan bahan baku dari tanaman yang sama.

Kebijakan strategis pengembangan produksi bioetanol di Indonesia semestinya terkonsentrasi untuk memproduksi bioetanol guna memenuhi kebutuhan daerah setempat sehingga daerah tersebut dapat mulai mengurangi tingkat ketergantungan pasokan BBM nasional. Seterusnya daerah tersebut mempunyai peluang menjadi kontributor pasokan nasional bilamana produksi bioetanolnya mengalami surplus. Produksi pada tingkat lokal juga memberikan kontribusi bagi penyediaan lapangan kerja sekaligus sebagai sumber pendapatan asli daerah.

Jadi, peluang usaha bioetanol haruslah disikapi dengan memperhatikan potensi daerah dimana pelaku usahanya tinggal berdomisili. Pemilihan bahan-baku produksi bioetanol baiknya lebih disesuaikan dengan kekayaan SDA daerah setempat. Harga singkong di Lampung misalnya akan berbeda dengan harga singkong di Jawa Barat. Begitu pula pembiayaan biaya investasi lahan tanam (plantation) di Jawa Tengah dengan di Maluku Utara, jelas berbeda. Belum lagi elemen upah kerja (UMR) pada setiap daerah jelas berbeda, misalnya antara Sulawesi Utara dan Bali.

Pada akhirnya, pengembangan potensi produksi bioetanol sesungguhnya dapat mengangkat harkat petani dan pelaku usaha mini-mikro berbasis industri rakyat didaerah-daerah dapat berperan sebagai pilar-pilar pertumbuhan ekonomi daerah setempat yang kemudian berkontribusi pada peningkatan ketahanan – kerawanan sosial ketika tidak lagi terlihat antrean panjang masyarakat untuk sekedar membeli dua liter minyak-tanah. Emc2@2009

7 komentar:

  1. setelah terjadi kerusakan di dalam perut sampai kepermukaan akibat penambangan. berikutnya kerusakan yang mana lagi....
    bioetanol dengan bahan dasar tertentu memerlukan budi daya dan sebagainya. tentu tidak ditanam di bulan tapi tetap disini... di bumi kita ini. wahai manusia belum puaskah engkau berbuat kerusakan???? (http://fbm-solusindo.blogspot.com)

    BalasHapus
  2. Setuju Mas Manto, budidaya bahan dasar bioetanol tentu mesti ditanam dibumi kita. Kalo geliatnya cuma seperlunya, bisa seperti permukaan bulan dilihat dari dekat.

    BalasHapus
  3. Pak Edmond
    Mohon keterangan pustaka yang menyebut Bank Dunia merekomendasi sorgum manis sebagai bahan baku bioetanol dan tidak.....dst? Makasih
    Saya sependapat dan mendukung pendapat Anda. Kita harus memanfaatkan potensi sumber daya lokal sebagai bahan baku bioetanol dan memproduksinya pun di lokal. Inilah yang disebut DEMOKRATISASI ENERGI. GBU. (www.roy-hendroko.com)

    BalasHapus
  4. sebenarnya benarkah ubi kayu layak untuk bioetanol skala ukm, apa ada contohnya ya?tk

    BalasHapus
  5. Jimmy A611.21

    saya tertarik dengan energi terbarukan khusus nya bioethanol. Setuju juga dengan masalah global warming sehingga kita perlu memikirkan dampak terhadap lingkungan. Btw kita orang indo bos hal ini udah bisa kita lakukan itu luar biasa. lain hal dengan negara maju seperti canada yang memanfaatkan energi matahari dan listrik secara optimal. apakah anda mampu ?..

    BalasHapus
  6. pak apakah sorgum manis ini sudah mencapai tahap komersil sebagai bahan baku bioetanol? bagaimana produktifitasnya dibanding dengan bahan baku yang lain?

    BalasHapus
  7. mengapa produksi bioetanol harus menggunakan bahan nabati??

    BalasHapus